Menurut penduduk setempat, prasasti yang termaktub di atas batu ini, sudah lama terletak di depan sebuah surau atau langgar yang berhampiran tempat mengambil wudhu.
Isi teks yang berbahasa Melayu Klasik ini mengenai undang-undang seorang raja. Sebuah catatan menarik ialah bahwa di sini Tuhan tidak hanya disebut dengan asma Allah tetapi juga Dewata Mulia Raya. Selain itu beberapa kata Sansekerta masih dieja menurut kaedah fonetik bahasa ini, seperti kata bhumi.
Alih Aksara
Sisi A:
Rasul Allah dengan yang orang …. bagi mereka ……..
ada pada Dewata Mulia Raya beri hamba meneguhkan agama Islam
dengan benar bicara darma meraksa bagi sekalian hamba Dewata Mulia Raya di benuaku ini penentu agama Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wa sallama Raja mandalika yang benar bicara sebelah Dewata Mulia Raya di dalam bhumi. Penentua itu fardlu pada sekalian Raja mandalika Islam menurut setitah Dewata Mulia Raya dengan benar bicara berbajiki benua penentua itu maka titah Seri Paduka Tuhan mendudukkan tamra ini di benua Terengganu adipertama ada Jum’at di bulan Rejab di tahun sarathan di sasanakala Baginda Rasul Allah telah lalu tujuh ratus dua…
Sisi B:
keluarga di benua Jawa (jauh ?) ........kan......ul
datang berikan. Keempat darma barang orang berpihutang
jangan mengambil k......(a)mbil hilangkan emas
kelima darma barang orang ……………(mer)deka
jangan mengambil tugal buat ........t emasnya
jika ia ambil hilangkan emas. Keenam darma barang
orang berbuat balacara laki-laki perempuan setitah
Dewata Mulia Raya jika merdeka bujan palu
seratus rautan. Jika merdeka beristri
atawa perempuan bersuami ditanam hinggan
pinggang dihembalang dengan batu matikan
jika ingkar balacara hembalang jika anak mandalika
keluarga di benua Jawa (jauh ?) ........kan......ul
datang berikan. Keempat darma barang orang berpihutang
jangan mengambil k......(a)mbil hilangkan emas
kelima darma barang orang ……………(mer)deka
jangan mengambil tugal buat ........t emasnya
jika ia ambil hilangkan emas. Keenam darma barang
orang berbuat balacara laki-laki perempuan setitah
Dewata Mulia Raya jika merdeka bujan palu
seratus rautan. Jika merdeka beristri
atawa perempuan bersuami ditanam hinggan
pinggang dihembalang dengan batu matikan
jika ingkar balacara hembalang jika anak mandalika
Sisi C
bujan dandanya sepuluh tengah tiga jika ia ..........
menteri bujan dandanya tujuh tahil sepaha………
tengah tiga. Jika tetua bujan dandanya lima ta(hil……
tujuh tahil sepaha masuk bendara. Jika o(rang……
merdeka. Ketujuh darma barang perempuan hendak..
tida dapat bersuami jika ia berbuat balacara
bujan dandanya sepuluh tengah tiga jika ia ..........
menteri bujan dandanya tujuh tahil sepaha………
tengah tiga. Jika tetua bujan dandanya lima ta(hil……
tujuh tahil sepaha masuk bendara. Jika o(rang……
merdeka. Ketujuh darma barang perempuan hendak..
tida dapat bersuami jika ia berbuat balacara
Sisi D
……..tida benar dandanya setahil sepaha kesembilan darma
……..Seri Paduka Tuhan siapa tida……dandanya
..........kesepuluh darma jika anakku atawa pemain(ku) atawa cucuku atawa keluargaku atawa anak
……..tamra ini segala isi tamra ini barang siapa tida menurut tamra ini laanat Dewata Mulia Raya
……….dijadikan Dewata Mulia Raya bagi yang langgar acara tamra ini.
……..tida benar dandanya setahil sepaha kesembilan darma
……..Seri Paduka Tuhan siapa tida……dandanya
..........kesepuluh darma jika anakku atawa pemain(ku) atawa cucuku atawa keluargaku atawa anak
……..tamra ini segala isi tamra ini barang siapa tida menurut tamra ini laanat Dewata Mulia Raya
……….dijadikan Dewata Mulia Raya bagi yang langgar acara tamra ini.
Beberapa ketidakjelasan
Tarikh prasasti ini agak problematis sebab bilangan tahun ini ditulis, tidak dengan angka. Di sini hanya bisa terbaca tujuh ratus dua: 702H. Tetapi kata dua ini bisa diikuti dengan kata lain; (20-29) atau -lapan -> dualapan -> "delapan". Kata ini boleh pula diikuti dengan kata "sembilan". Dengan ini kemungkinan tarikh ini menjadi banyak: (702, 720 - 729, atau 780 - 789 H). Tetapi karena prasasti ini juga menyebut bahwa tahun ini adalah "Tahun Kepiting" (saratan) maka hanya ada dua kemungkinan yang tersisa: iaitu tahun 1326M atau 1386M.
Tarikh prasasti ini agak problematis sebab bilangan tahun ini ditulis, tidak dengan angka. Di sini hanya bisa terbaca tujuh ratus dua: 702H. Tetapi kata dua ini bisa diikuti dengan kata lain; (20-29) atau -lapan -> dualapan -> "delapan". Kata ini boleh pula diikuti dengan kata "sembilan". Dengan ini kemungkinan tarikh ini menjadi banyak: (702, 720 - 729, atau 780 - 789 H). Tetapi karena prasasti ini juga menyebut bahwa tahun ini adalah "Tahun Kepiting" (saratan) maka hanya ada dua kemungkinan yang tersisa: iaitu tahun 1326M atau 1386M.
Sumber bacaan
H.S. Paterson (& C.O. Blagden), 'An early Malay Inscription from 14th-century Trengganu', Journ. Mal. Br.R.A.S., II, 1924, pp. 258-263.
R.O. Winstedt, A History of Malaya, revised ed. 1962, p. 40.
J.G. de Casparis, Indonesian Paleography, 1975, p. 70-71.
H.S. Paterson (& C.O. Blagden), 'An early Malay Inscription from 14th-century Trengganu', Journ. Mal. Br.R.A.S., II, 1924, pp. 258-263.
R.O. Winstedt, A History of Malaya, revised ed. 1962, p. 40.
J.G. de Casparis, Indonesian Paleography, 1975, p. 70-71.
No comments:
Post a Comment