Blog ini semata-mata tidak boleh dijadikan sebagai sumber maklumat untuk rujukan anda dalam melaksanakan sesebuah penulisan ilmiah. Rundingan daripada pihak yang lebih ahli serta rujukan daripada sumber-sumber primer dan sekunder yang berkredibiliti adalah amat perlu.
Monday, 3 October 2011
Keping Tembaga Laguna
Keping Tembaga Laguna (900 M), sebuah pelat tembaga tipis berukuran kurang dari 8 × 12 inci (20 × 30 cm) dengan tulisan kecil yang telah ditempa ke permukaannya. Ini menunjukkan pengaruh budaya India melalui Sriwijaya yang terdapat di Filipina sebelum era penjajahan Spanyol di abad ke-16.
Prasasti Keping Tembaga Laguna atau Lempeng Tembaga Laguna ditemukan 1989 di Laguna de Bay, Manila,Filipina. Penanggalan yang tertera menunjukkan tahun 822 Saka, atau 21 April, 900. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno meskipun banyak kata-kata dari bahasa Sansekerta, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Tagalog Kuno, serta ditulis dengan aksara Kawi.
Pembuatan
Gulungan tembaga ini agak berbeda pembuatannya apabila dibandingkan dengan gulungan tembaga dari Jawa semasanya. Huruf-huruf pada keping Laguna ditatah pada kepingnya langsung, sedangkan di Jawa ditulis pada keping yang dipanaskan dan menjadi lembut.
Isi
Isi prasasti ini mengenai pernyataan pembebasan hutang emas terhadap seseorang bernama Namwaran. Di dalamnya juga menyebutkan sejumlah nama tempat di sekitar Filipina (Tondo, Pila, dan Pulilan), serta menyebut nama "Mdan" (kemungkinan besar Kerajaan Medang di Jawa), serta beberapa tempat yang masih belum dipastikan seperti Dewata. Prasasti ini menjadi petunjuk mengenai adanya pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Pulau Luzon pada awal abad ke-10. Sekarang dokumen ini tersimpan di Museum Nasional Filipina.
Alihaksara
Swasti Shaka warsatita 822 Waisaka masa di(ng) jyotisa. Caturthi Krisnapaksa somawara sana tatkala Dayang Angkatan lawan dengan nya sanak barngaran si Bukah anak da dang Hwan Namwaran dibari waradana wi shuddhapattra ulih sang pamegat senapati di Tundun barja(di) dang Hwan Nayaka tuhan Pailah Jayadewa.
Di krama dang Hwan Namwaran dengan dang kayastha shuddha nu diparlappas hutang da walenda Kati 1 Suwarna 8 di hadapan dang Huwan Nayaka tuhan Puliran Kasumuran.
dang Hwan Nayaka tuhan Pailah barjadi ganashakti. Dang Hwan Nayaka tuhan Binwangan barjadi bishruta tathapi sadana sanak kapawaris ulih sang pamegat dewata [ba]rjadi sang pamegat Medang dari bhaktinda diparhulun sang pamegat.
Ya makanya sadanya anak cucu dang Hwan Namwaran shuddha ya kapawaris dihutang da dang Hwan Namwaran di sang pamegat 'Dewata.
Ini grang syat syapanta ha pashkat ding ari kamudyan ada grang urang barujara welung lappas hutang da dang Hwa ...
Terjemahan bebas
Swasti. Tahun Saka 822, bulan Waisakha, menurut penanggalan. Hari keempat setelah bulan mati, Senin. Di saat ini, Dayang Angkatan, dan saudaranya yang bernama si Bukah, anak-anak dari Sang Tuan Namwaran, diberikan sebuah dokumen pengampunan penuh dari Sang Pemegang Pimpinan di Tundun (Tondo sekarang), diwakili oleh Sang Tuan Nayaka dari Pailah (Pila sekarang), Jayadewa.
Atas perintahnya, secara tertulis, Sang Tuan Namwaran telah dimaafkan sepenuhnya dan dibebaskan dari hutang-hutangnya sebanyak satu Katî dan delapan Suwarna di hadapan Sang Tuan Puliran Kasumuran di bawah petunjuk dari Sang Tuan Nayaka di Pailah.
Oleh karena kesetiaannya dalam berbakti, Sang Tuan (Yang Terhormat) yang termasyhur dari Binwangan mengakui semua kerabat Namwaran yang masih hidup, yang telah diklaim oleh Sang Penguasa Dewata, yang diwakili oleh Sang Penguasa Medang.
Ya, oleh sebab itu seluruh anak cucu Sang Tuan Namwaran sudah dimaafkan dari segala hutang Sang Tuan Namwaran kepada Sang penguasa Dewata.
(Pernyataan) ini, dengan demikian, menjelaskan kepada siapa pun setelahnya, bahwa jika di masa depan ada orang yang mengatakan belum bebas hutangnya Sang Tuan ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment