Monday 3 October 2011

Prasasti Talang Tuwo


Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang, dan dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Keadaan fizikalnya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50cm × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis dalam aksara Pallawa, berbahasa Melayu Kuno, dan terdiri dari 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta Orientalia. Sejak tahun 1920 prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional IndonesiaJakarta, dengan nomor D.145.

Isi prasasti
Berikut adalah tulisan yang terdapat pada Prasasti Talang Tuwo:
Svasti
cri cakavarsatita 606 dim dvitiya cuklapaksa vulan caitra
sana tatkalana parlak Criksetra ini
niparvuat parvan dapunta hyang Cri Yayanaca (-ga) ini pranidhanan dapunta hyang savanakna yang nitanam di sini niyur pinang hanau rumviya dngan samicrana yang kayu nimakan vuahna tathapi haur vuluh pattung ityevamadi punarapi yang varlak verkan dngan savad tlaga savanakna yang vualtku sucarita paravis prayojanakan punyana sarvvasatva sacaracara varopayana tmu sukha di asannakala di antara margga lai
tmu muah ya ahara dngan air niminumna savanakna vuatna huma parlak mancak muah ya manghidupi pacu prakara marhulun tuvi vrddhi muah ya jangam ya niknai savanakna yang upasargga pidana svapnavighna
varang vuatana kathamapi anukula yang graha naksatra pravis diya Nirvyadhi ajara kavuatanana
tathapi savanakna yam khrtyana satyarjjava drdhabhakti muah ya dya yang mitrana tuvi janan ya kapata yang vivina mulang anukala bharyya muah ya varamsthanana lagi curi ucca vadhana paradara di sana punarapi tmu ya kalyanamitra marvvangun vodhicitta dngan maitridhari di dang hyang ratnaraya jangan marsarak dngan dang hyang ratnaraya. tathapi nityakala tyaga marcila ksanti marvvangun viryya rajin tahu di samicrana cilpakala paravis samahitacinta tmu ya prajna smrti medhavi punarapi dhairyyamani mahasattva vajracarira
anubamacakti  jaya tathapi jatismara avikalendriya mancak rupa subjaga hasin halap ade yavakya vrahmasvara jadi laki svayambtu puna (ra) pi tmu ya cintamaninidhana tmu janmavacita. karmmavacita clecavacita avasana tmu ya anuttarabhisamyaksam vodhi
Alih bahasa
Berikut ini adalah isi dan terjemahan prasasti tersebut, sebagaimana diterjemahkan oleh George Cœdès.
“ Pada tanggal 23 Maret 684 Masehi, pada saat itulah taman ini yang dinamakan Śrīksetra dibuat di bawah pimpinan Sri Baginda Śrī Jayanāśa. Inilah niat baginda: Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapapinangarensagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian pula bambu aur, waluh, dan pattum, dan sebagainya; dan semoga juga tanaman-tanaman lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk kebaikan semua makhluk, yang dapat pindah tempat dan yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan. Jika mereka lapar waktu beristirahat atau dalam perjalanan, semoga mereka menemukan makanan serta air minum. Semoga semua kebun yang mereka buka menjadi berlebih (panennya). Semoga suburlah ternak bermacam jenis yang mereka pelihara, dan juga budak-budak milik mereka. Semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa karena tidak boleh tidur. Apa pun yang mereka perbuat, semoga semua planet dan bintang menguntungkan mereka, dan semoga mereka terhindar dari penyakit dan ketuaan selama menjalankan usaha mereka. Dan juga semoga semua hamba mereka setia pada mereka dan berbakti, lagipula semoga teman-teman mereka tidak mengkhianati mereka dan semoga isteri mereka menjadi isteri yang setia. Lebih-lebih lagi, di mana pun mereka berada, semoga di tempat itu tidak ada pencuri, atau orang yang mempergunakan kekerasan, atau pembunuh, atau penzinah. Selain itu, semoga mereka mempunyai seorang kawan sebagai penasihat baik; semoga dalam diri mereka lahir fikiran Boddhi dan persahabatan (...) dari Tiga Ratna, dan semoga mereka tidak terpisah dari Tiga Ratna itu. Dan juga semoga senantiasa (mereka bersikap) murah hati, taat pada peraturan, dan sabar; semoga dalam diri mereka terbit tenaga, kerajinan, pengetahuan akan semua kesenian berbagai jenis; semoga semangat mereka terpusatkan, mereka memiliki pengetahuan, ingatan, kecerdasan. Lagi pula semoga mereka teguh pendapatnya, bertubuh intan seperti para mahāsattwa berkekuatan tiada bertara, berjaya, dan juga ingat akan kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya, berindra lengkap, berbentuk penuh, berbahagia, bersenyum, tenang, bersuara yang menyenangkan, suara Brahmā. Semoga mereka dilahirkan sebagai laki-laki, dan keberadaannya berkat mereka sendiri; semoga mereka menjadi wadah Batu Ajaib, mempunyai kekuasaan atas kelahiran-kelahiran, kekuasaan atas karma, kekuasaan atas noda, dan semoga akhirnya mereka mendapatkan Penerangan sempurna lagi agung. ”

Kosa kata Melayu kuno

Berikut adalah beberapa kosa kata bahasa Melayu kuna yang disebutkan dalam prasasti ini dan hingga kini masih dapat ditemukan dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Dapat ditemukan banyak persamaan dan sedikit perubahan, antara lain awalan di- dahulu adalah ni-, awalan me- dahulu adalah mar- atau ma-, sedangkan akhiran -nya dahulu adalah -na.

vulan = bulan
tatkalana = tatkalanya
nivarbuat = diperbuat
savanakna = sebanyaknya
nitanam = ditanam
niyur = nyiur
hanau = enau
rumvia = rumbia
dngan = dengan
nimakan = dimakan
vuahna = buahnya
tathapi = tetapi
haur = aur
vuluh = buluh
pattung = betung
tlaga = telaga
punyana = punyanya
tmu = temu, bertemu
margga = marga
sukha = suka
niminumna = diminumnya
savanakna = sebanyaknya, sebanyak-banyaknya
vuatna = buatnya
manghidupi = menghidupi
prakara = perkara
varang = barang
vuatana = buatannya
marvvangun = membangun

No comments:

Post a Comment